Kalau kamu sedang mencari software converter untuk video, gak ada salahnya kamu mencoba converter yang satu ini.
Namanya HD Video Converter Factory Pro dari Wonderfox.
Kebetulan kami mendapatkan lisence-nya secara gratis dari officialnya untuk kami review.
Ada beberapa fitur yang kami pikir menarik dari converter ini:
- Menampilkan daftar device dan platform yang banyak sekali (smartphone, TV, web streaming, dll) yang kamu tinggal pilih untuk memastikan bahwa videomu bakal mampu diputar di perangkat yang kamu pilih, sehingga sangat mudah digunakan bagi orang awam.
- Bisa download dari web-web streaming, seperti Youtube, Vimeo, dll.
- Support GPU Acceleration, seperti CUDA, sehingga proses convert cukup cepat.
- Sudah mendukung H.265.
Untuk lebih jelasnya, baca review lengkapnya berikut ini.
Memilih format sesuai perangkatnya
Setelah kamu buka filenya (melalui tombol Add Files atau drag langsung dari explorer) lalu klik output format di sebelah kanan, kamu bisa lihat daftar perangkat yang bisa kamu pilih sesuai merk-nya: Apple, Samsung, Google (Android), dll.
Dan kalau kamu klik salah satu, langsung keluar model-modelnya berikut gambarnya.
Bagi orang awam, kami pikir ini sangat memudahkan. Karena umumnya orang tidak mau ribet dengan setting-an resolusi, frame rate, bit-rate, dll yang salah-salah bisa membuat videonya tidak mampu diputar.
Dengan cara ini, seolah kamu hanya disuruh menentukan: videonya mau diputar di mana?
Setelah kamu pilih perangkatnya, klik run.. done! Kamu tinggal menunggu proses convert-nya selesai.
Namun, yang menjadi pertanyaan kami adalah:
Bagaimana kalau jenis perangkat-nya tidak ditemukan di daftar? Misalnya merk-merk Cina, seperti Xiaomi, tidak ada di sini.
Orang awam mungkin akan blunder, “saya harus pilih mana?”
Meski begitu, kalau si pengguna paham, dia bisa memilih yang lebih ‘generic’. Misalnya, kalau smartphone nya Android, ia bisa memilih Google, dan pilih Android.
Memilih format custom
Awalnya kami bingung dengan banyaknya pilihan ini.
Tapi setelah kami perhatikan, converter ini membagi dua kelompok format:
Kalau tadi di sebelah kanan, kamu bisa langsung pilih format langsung berupa perangkatnya. Di sebelah kirinya terdapat pilihan format yang lebih customize.
Tentunya di sini kamu harus tahu jenis file atau codec apa yang menjadi target, di mana player yang kamu tuju bisa memutar hasil output nya.
Dan kamu juga bisa Custom lebih lanjut.
Compression ratio
Yang menarik dari converter ini, kamu bisa melihat seberapa berkurang besaran filenya dengan melihat Compression ratio.
Contohnya, kami mencoba mengubah file GoPro (umumnya memiliki codec H.264) ke format H.265.
Bisa dilihat di gambar, compression rationya 68%, sehingga dari file yang besarnya 168 MB bisa berkurang menjadi 54 MB.
H.265 adalah format yang wajib ada di setiap converter masa kini, karena ia adalah format masa depan (untuk HD, 4K, sampai di atasnya lagi) yang bisa menghemat 50% (bahkan lebih) dibanding H.264 dengan kualitas yang sama. Baca apa itu H.264 dan H.265.
Mau lebih kecil lagi?
Kalau belum cukup kecil.. converter ini juga ternyata menambahkan slider Compression setting di bawah. K
alau kamu geser ke kanan, otomatis Compression ratio akan membesar, artinya filenya akan lebih kecil lagi.
Kamu bisa gila-gilaan memperkecil file 😀
Namun, kamu harus tahu resikonya! Memperkecil file sama dengan memperburuk kualitasnya.
Mengatur resolusi
Di bagian output, di bawahnya terdapat slider untuk mengubah resolusi.
Ini juga lumayan asik sih, karena umumnya orang suka ‘kelupaan’ mengubah resolusi. Misalnya filenya 4K, mereka asal convert ke file yang dituju tapi tidak mengubah resolusinya. Akibatnya filenya tetap besar dan berat di editing. Padahal tujuannya supaya ringan diedit.
Ya slider ini membantu mempercepat akses untuk mengatur resolusinya.
Memotong video
Seperti converter pada umumnya, converter ini memungkinkan kamu memotong videonya.
Fitur ini berguna misalnya kalau kamu hanya membutuhkan adegan tertentu dari sebuah film. Daripada mengkonversi seluruhnya, yang mana akan lama dan menghabiskan memori, sebaiknya memotongnya.
Menggabungkan video
Selain memotong, converter ini bisa menggabungkan video.
Kamu tinggal menekan tombol Merge, lalu tambahkan file-file yang akan digabung. Bahkan kamu bisa menyusun urutannya.
Setelah selesai diproses, semua file akan jadi satu file video.
Lumayan membantu sih, apalagi untuk seorang editor, daripada file terpecah-pecah dalam file-file kecil, akan lebih baik kalau masing-masing adegan sudah jadi satu file sendiri-sendiri.
Download Youtube
Nah, ini mungkin fitur yang paling disukai dari sebuah converter: bisa download Youtube.
Kamu bisa mendownload Youtube dari converter ini dengna mengklik “Download video” lalu memasukkan link dari Youtube-nya.
Kami tidak tahu apakah bisa mendownload dari penyedia streaming lain, seperti Vimeo atau tidak, karena kami belum mencobanya.
GPU Acceleration
Converter ini sudah support GPU Acceleration.
Jadi kalau VGA mu memiliki fitur ini, misalnya CUDA dari Nvidia, maka proses convert bisa lebih cepat.
Baca Apa itu GPU Acceleration.
KEKURANGAN DARI CONVERTER INI
Secara keseluruhan, converter ini cukup baik dan bisa diandalkan.
Namun, ada beberapa catatan dari kami:
- Tidak ada versi Mac. Karena kami tidak menemukannya di situsnya, ketika hendak mendowloadnya. Sayang sekali. Padahal converter sangat dibutuhkan oleh video editor, dan editor banyak juga yang menggunakan Mac. Kami pun sehari-hari menggunakan Mac, jadi terpaksa kami harus mencobanya di Windows.
- Untuk profesional agak terbatas. Contohnya, kami tidak menemukan format MXF atau XDCAM. Sedangkan kalau mau menyasar kalangan profesional, format MXF ini harusnya wajib ada, karena merupakan salah satu format profesional di kalangan broadcaster (TV) dan film.
- Tampilan masih jadul. Karena umumnya, software-software pro kreatif masa kini (perhatikan software-software dari Adobe, Apple, Davinci) memiliki tampilan lebih modern yang cenderung gelap dan tombol flat. Jadi sekilas, converter ini kurang menarik, karena tampak jadul.
Intinya adalah untuk kalangan awam dan umum, HD Converter Factory Pro ini layak diandalkan dan bisa bersaing dengan software-software sejenis. Tapi untuk kalangan profesional, seperti industri film atau broadcast, sepertinya belum menjadi pilihan (sampai mereka mengembangkannya ke arah profesional).
